♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Kamis, 07 April 2011

Nenek Pukul Tiga


Oleh, Shozo Mizutani

Apakah kalian pernah mendengar cerita ini? Orang-orang menyebutnya dengan kisah nenek pukul tiga. Bila masuk ke kamar mandi sekolah tepat pada pukul 3, akan terdengar suara tawa. Tak diketahui mengapa pada pukul 3, tapi memang menyeramkan.

                Di sekolahku dulu di prefektur Shimane juga begitu. Kalau kita masuk ke kamar mandi ketiga dari pintu masuk di toilet wanita di lantai 3 pada pukul 3, kita akan mendengar suara itu.
                Itu suara nenek-nenek yang terdengar samar-samar dari dalam dinding. “Keluarkan! Keluarkan!”

                Sekalipun belum selesai, kita pasti ingin buru-buru keluar. Tapi pintu kamar mandi tidak bisa dibuka sekalipun sudah ditarik dan didorong. Bahkan karena sangat ketakutan, bisa-bisa kita terkencing di celana. Jika kita tetap tenang, pintu akan terbuka.
                Hanya begitu saja, tetapi karena menakutkan tak ada lagi yang mau ke toilet wanita di lantai 3 pukul 3.
Tentu saja cerita tidak hanya sampai disini.

                Hujan turun terus-menerus. Selama seminggu cuaca tidak pernah cerah. Di dinding koridor lantai 3 terdapat bercak besar, mungkin akibat resapan hujan. Melihat bercak itu, anak-anak berkata, “Nenek pukul 3, nenek pukul 3.” Lalu mereka mulai gaduh.

                Memang benar, jika diperhatikan bercak itu terlihat seperti sosok seorang nenek bungkuk yang kurus. Di dinding tertulis “Lantai 3”, dan bentuk kepalanya tepat berada pada angka “3”. Seiring dengan perjalanan waktu, bentuk itu sedkit demi sedikit menjadi lebih jelas. Bukan itu saja, warnanya pun berubah. Berubah menjadi kemerahan kotor.
                Seorang anak mendekatkan hidungnya dan mencium bau bercak itu “Bau apa ini? Baunya aneh!”

                Aku yang berada di sampingnya pun spontan menciumnya. Sejenak aku merinding. Tak salah lagi, itu bau darah segar. Jika disentuh dengan jari terasa lengket.

                Tanpa dapat dibendung lagi, desas-desus pun segera menyebar. Di dalam dinding koridor lantai 3  ada nenek-nenek. Pada hari itu juga dinding di cat kembali. Bukan hanya koridor, tetapi seluruh dinding lantai 3, termasuk dinding kamar mandi.

                Dengan demikian, kehebohan tentang nenek pukul 3 pun mereda. Namun, beberapa hari kemudian, ketika aku lewat depan kamar mandi guru, bandul jam besar di beranda berbunyi, “dong, dong, dong” menunjukan pukul 3. Mendadak terdengar jeritan seorang wanita muda. “keluarkan, keluarkan, keluarkan!”

                Aku masuk ke toilet. “Keluarkan!” terdengar lagi jeritan dari pintu ketiga. Dengan sekuat tenaga kutarik pintu itu, Dengan memutar-mutar pegangannya dan menarik-nariknya, akhirnya pintu itu terbuka juga. Dan di dalam kamar mandi terlihat bercak besar di dinding. Itu adalah sosok Nenek pukul tiga !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar