♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Senin, 31 Desember 2012

Jambore Sahabat IM3 2012

HAI! malem ini aku mau share video yang aku bikin tentang kegiatan aku ketika mengikuti
Jambore SAHABAT IM3 JAWA BARAT tahun 2012 Angkatan I
yang dilaksanakan tanggal 21-23 Desember 2012 bertempat di Lembang, Kab. Bandung Barat
Villa Madani Learning center. So, langsung aja ya check it out!


 Ah seneng banget bisa share pengalaman2 seru aku untuk blogger semua :)

Srup, srup... glek, glek...

Oleh, Nobou Sakurai

Ini sudah lama terjadi. Waktu itu saya belum lama menjadi guru SMP. sekalipun suda ada pesuruh di sekolah, tetapi guru-guru tetap dapat giliran jaga malam supaya sekolah tidak kemasukan pencuri. Karena masih bujangan, saya sering dimintai tolong oleh guru-guru yang telah berkeluarga. Saya selalu menerimanya dengan senang hati, karena sebagai gantinya saya menerima imbalan uang. Jadi saya anggap saja ini sebagai kerja sambilan. Lagipula, selama ini tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh.

Sampai terjadi hal berikut.

Gedung sekolah dan ruang pesuruh serta ruang jaga malam dihubungkan oleh sebuah koridor. setelah makan malam di ruang jaga, saya bermaksud melakukan ronda yang pertama pada pukul 7. Sekolah ini adalah bangunan kayu bertingkat huruf L dengan tangga di kedua ujungnya serta di tengah. Dengan dibatasi tangga di tengah, gedung ini terbagi menjadi sayap timur dan sayap barat. Koridor dari ruang jaga berhubungan dengan pintu naik-turun di bawah tangga tengah. Setelah memeriksa kunci pintunya, saya berjalan sampai ke ujung tingkat 1 sayap barat lalu memeriksa kunci pintunya kemudian naik ke tingkat 2. Setelah itu berjalan sampai ke ujung timur, turun melalui tangga, memeriksa pintu tingkat 1, lalu kembali ke bagian tengah. Begitulah urutan yang biasa saya lakukan. Dengan cahaya lampu senterm saya berjalan memeriksa jendela koridor, kelas-kelas, dan lain-lainnya. Karena terbuar adari kayu, bunyi derit kayu terdengar dengan jelas.

Tidak terjadi apa-apa. Saya kembali ke runag jaga, dan menghabiskan waktu dengan memeriksa pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan murid-murid. Pukul 11 lewat, saya melakukan ronda yang kedua. Ketika tiba di bagian tengah tingkat 2, saya memandang ke arah koridor sayap timur.

"Hah?" gumam saya tanpa sadar. Di dekat ujung koridor tampak nyala api. Saya perhatikan lagi, memang benar, ada sesuatu yang terbakar.
"Kebakaran!"
Dengan cepat saya mengambil alat pemadam kebakaran yang ada di dekat situ dan berlari kencang di sepanjang koridor. Akan tetapi, tidak ada apa-apa di tempat itu. Demikian juga di ujung tangga dan di ujung kelas. Sama sekali tak ada tanda-tanda ada yang terbakar.

Saya bermaksud mengembalikan alat pemadam kebakaran itu. Sampai di bagian tengah, tanpa sengaja saya melihat ke koridor sayap barat. Di ujung koridor ada nyala api kecil seperti api rokok. Dengan membawa alat pemadam kebarakan saya berlari mendekatinya, namun ternyata tak ada apa-apa di sana. Yang ada hanya kesunyian belaka. Tubuh saya gemetar. Jantung berdetak kencang. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang sumsum. Setelah mengembalikan alat pemadam kebakaran ke tempat semula, saya lalu menyelesaikan ronda.

Lampu milik penjaga yang terletak di depan ruang jaga telah padam. Agaknya penjaga sekolah bermaksud tidur sambil menunggu saya. Dan saya tidak ingin membangunkannya untuk menceritakan apa yang baru saja saya lihat. Saya kembali ke ruang jaga dan kemudian melamun dengan lampu tetap menyala. Saya tersadar saat jam weker berbunyi pada waktu 2.30 tengah malam, waktunya untuk ronda yang ketiga.

Dengan menghimpun segenap keberanian, saya lakukan ronda seperti urutan biasanya. Tak terjadi apa-apa. Dengan perasaan lega, saya menyusuri koridor terakhir dan tiba di depan ruang penjaga. Sekalipun lampunya telah padam, namun masih terdengar bunyi dari dalam. Tanpa sadar, langkah saya jadi terhenti.

"Cap,cap...," begitu kedengarannya.
"Cap,cap"
Suaranya seperti bungi anjing sedang minum, atau bunyi lidah orang yang sedang asyik minum sesuatu. Sambil menahan nafas napas, saya memasang telinga.
"Srup, srup.., glek..., glek..."
Tak salah lagi itu adalah bunyi mulut yang penuh diiringi dengan dengusan napas. Apa yang dimakan penjaga sekolah di tengah malam begini, sampai menimbulkan bunyi seperti itu?
Pelan-pelan, saya memanggilnya,

"Pak, pak!" Bunyi itu berhenti, namun tak ada jawaban sama sekali.
Hm, mungkin bapak itu sedang menikmati makanan yang sangat disukainya dan tak ingin ada orang yang mengetahuinya. Sudahlah, biarkan saja. Begitu pikir saya, lalu meninggalkan tempat itu. Tetapi, bunyi itu mulai terdengar lagi.

"Cap,cap,cap...." kemudian,
"Srup,srup...glek,glek...."
Saya mulai berpikir yang tidak-tidak. Jangan-jangan, ada makhluk aneh yang sedang memangsanya. Saya bergegas kembali ke ruang jaga dengan pertanyaan, bagaimana jika makhluk aneh itu benar-benar ada? Ah, Tidak! itu hanya omong kosong belaka. Begitu pikir saya, tanpa terpejam sedikitpun hingga fajar menjelang. Setelah hari benar-benar terang, baru saya keluar dari ruang jaga. Pintu ruang penjaga terbuka, namun tak tampak siapa-siapa di dalamnya. Saya mengintip untuk memastikan apakah ada bercak-bercak darah di lantai. Ternyata semuanya dalam keadaan biasa.

Saya pergi ke samping toilet untuk mencuci muka saya yang lelah. Tampak bapak penjaga sedang menggosok gigi membelakangi saya. Tanpa mengucapkan selamat pagi, saya langsung bertanya,

"apakah tadi malam Bapak tidur nyenyak, atau...?"
Dia menoleh, berkumur dan menatap lurus ke arah saya. Saya bertanya lagi,
"Apakah Bapak makan sesuatu, kira-kira jam 3 tadi malam?"
"... tidak. Ehm, jadi, Pak Guru juga mendengar bunyi itu..?!"
"maksud bapak... bunyi cap cap, srup srup, glek-glek itu?"
"Ya betul. Tadi malam saya mendengarnya dari balik selimut."
"Sungguh? Waktu saya memanggil-manggil Bapak dari depan ruangan, tapi..."
"Oh, saya tak mendengarnya," katanya sambil menggelengkan kepala.
"Kalau bukan bapak, lalu bunyi apa itu, pak?"
Dengan tenang dia bercerita,
"Seorang penjaga yang bekerja jauh sebelum saya bekerja, mati mendadak di sudut kamar penjaga. Mungkin karena terlalu banyak memakan buah tomat... atau mungkin dia sedang sakit dan meninggal ketika sedang makan tomat. Saat itu bahan makanan sulit ditemukan, karena habis perang. Mungkin tomat adalah sesuatu yang sangat didambakannya, karena itu ekspresi wajahnya berubah jika melihat tomat. Mungkin karena itulah ditengah malam terdengar bunyi orang yang sedang makan tomat dengan asyiknya."
"Sekarang sedang musim tomat, kan?!"

Saya tak begitu memikirkan kematian mendadak penjaga itu, tapi lebih memikirkan tentang bola api, bunyi kecapan yang aneh, dan arwah gentayangan di sekolah ini.

Hantu Ibu Guru

Oleh, Hiroshi Nakamura

Liburan musim semi telah usai. Tahun ajaran baru pun tiba. Dinding luar, dinding koridor, dan dinding-dinding kelas, semua telah dicat kembali.

"Wah, dindingnya bagus, seperti baru, Asyik!!"
"Ya, gurunya juga baru," kata anak-anak.

Tak lama kemudian, musim hujan pun tiba. Cuaca mendung berlangsung dari hari ke hari.

"Bu Guru, dinding di sebelah sana jadi hitam."
"Benar juga. Jamur barangkali. Besok akan saya coba membersihkannya dengan deterjen."

Keesokan harinya, ibu guru mencoba membersihkan bagian yang hitam itu. Namuk, sekalipun sudah dibersihkan, kotoran itu tidak hilang juga. Sebaliknya, bercak itu semakin lama semakin lebar.

"Aduh, kotor sekali! Ibu akan minta supaya dindingnya dicat ulang!"

Ibu guru kemudian pergi menemui kepala sekolah. Kepala sekolah, yang biasanya sulit meluluskan permintaan itu, langsung menyetujuinya dan memerintahkan pesuruh sekolah untuk mencat kembali dinding itu.
Anak-anak menyadari hal itu setelah tiba di sekolah keesokan harinya.

"Eh, sudah dicat lagi!"
"Iya, jadi seperti baru."
"Jangan dipegang dulu soalnya belum kering, supaya tidak kotor lagi."

Semester kedua dimulai pada bulan September, tiga bulan kemudian. dan pada suatu pagi, saat turun hujan lebat,
"Gawat,gawat,gawat!" anak-anak berhamburan ke dalam ruang guru
"waktu masuk ke kelas tadi pagi, saya lihat ada bercak hitam di tempat yang samaa."
"mirip bayangan orang"
"mirip bayangan seorang perempuan yang berdarah bu!"

Para guru, termasuk kepala sekolah, yang mendengarnya, segera mendatangi kelas itu. Begitu melihatnya, mereka terperanjat dan
"hiiiyy!!" mereka berteriak seperti murid yang lain.

Pesuruh sekolah segera mengambil cat dan segera mencat kembali. Dinding kelas kembali menjadi bersih. Namun, apa sebenarnya bercak hitam itu? dan beginilah ceritan dari bapak pesuruh sekolah, yang telah lama tinggal di sekolah itu.

"Ini terjadi lebih dari 30 tahun yang lalu. ketika itu ada seorang guru wanita yang masih muda. Gedung sekolah masih terbuat dari kayu, bukan tembok seperti sekarang. Ruang kelasnya tepat di samping tembok yang baru saya cat ini, dan di sampingnya lagi adalah runag praktikum IPA.

Dia seorang guru yang sangat tekun. Sampai tengah malam pun dia masih berada di kelas unutk mengejakan sesuatu atau menyiapkan bahan-bahan untuk pelajaran keesokan harinya.

Malam itu pun, seperti biasanya, lampu kelasnya masih menyala. Malam itu ada seorang guru yang bertugas jaga malam. Karena sudah malam, guru itu berkata,
"Bu, nanti kehabisan kereta lho!", namun ketika membuka pintu, dia sangat terkejut dan segera memanggil saya. Waktu tiba di kelas, saya melihat darah berceceran dan ibu guru terkapar di lantai.

Bu guru memang sedang sakit. Beliau munah darah dan berusaha mencari pertolongan dengan berjalan sambil memegangi dinding, sehingga darahnya menempel di situ. Tak lama setelah masuk rumah sakit, dia meninggal. Kelas itu dibersihkan dan tak pernah digunakan lagi. Karena peristiwa itu, bangunan yang lama cepat dirobohkan lalu didirikan bangunan beton seperti sekarang ini.

Saya tidak merasa bahwa bercak hitam itu menyerupai....

Curhat Terakhir Tahun 2012

Hari ini hari terakhir di tahun 2012.hari senin, tanggal 31 Desember 2012, sepertinya hari ini tidak cukup baik bagiku. Ada yang janggal ketika aku akan memasuki hari awal di tahun 2013. Hari ini, berita-berita kurang baik datang silih berganti, dimulai dari kegagalan, competitor, hingga mengenai teman. terkadang aku bertanya-tanya, dimanakah konsep adil yang sebenarnya? banyak orang didunia ini yang hidupnya bahagia, berkecukupan. Tapi tidak sedikit pula orang yang hidupnya menderita, bahkan rela meregang nyawa untuk mencari pengulur waktu hidupnya. Aku tau Tuhan sudah mempunyai skenario hidup masing-masing. Jika memang Tuhan sudah mempunyai Skenario hidup kita masing-masing, lalu untuk apa kita berusaha? Toh pada akhirnya semuanya kembali lagi pada skenario tersebut. Sekuat dan sekeras apapun kita berusaha, jika Tuhan tidak menghendaki, mau apalagi?? sedangkan orang yang tidak berusaha, tetapi jika Tuhan menggariskan hidupnya akan lebih beruntung dibanding orang yang berusaha? pasti akan menjadi takdir yang miris *meskipun kemungkinan kecil hal itu dapat terjadi*. Jadi, sebenarnya apa yang salah dalam diriku jika selalu terjadi hal yang tidak diharapkan?? Jika memang aku mempunyai kesalahan, mengapa Tuhan tak langsung menegurku agar aku sadar? agar aku dapat memperbaikinya? Apakah itu salah?