♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Senin, 31 Desember 2012

Srup, srup... glek, glek...

Oleh, Nobou Sakurai

Ini sudah lama terjadi. Waktu itu saya belum lama menjadi guru SMP. sekalipun suda ada pesuruh di sekolah, tetapi guru-guru tetap dapat giliran jaga malam supaya sekolah tidak kemasukan pencuri. Karena masih bujangan, saya sering dimintai tolong oleh guru-guru yang telah berkeluarga. Saya selalu menerimanya dengan senang hati, karena sebagai gantinya saya menerima imbalan uang. Jadi saya anggap saja ini sebagai kerja sambilan. Lagipula, selama ini tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh.

Sampai terjadi hal berikut.

Gedung sekolah dan ruang pesuruh serta ruang jaga malam dihubungkan oleh sebuah koridor. setelah makan malam di ruang jaga, saya bermaksud melakukan ronda yang pertama pada pukul 7. Sekolah ini adalah bangunan kayu bertingkat huruf L dengan tangga di kedua ujungnya serta di tengah. Dengan dibatasi tangga di tengah, gedung ini terbagi menjadi sayap timur dan sayap barat. Koridor dari ruang jaga berhubungan dengan pintu naik-turun di bawah tangga tengah. Setelah memeriksa kunci pintunya, saya berjalan sampai ke ujung tingkat 1 sayap barat lalu memeriksa kunci pintunya kemudian naik ke tingkat 2. Setelah itu berjalan sampai ke ujung timur, turun melalui tangga, memeriksa pintu tingkat 1, lalu kembali ke bagian tengah. Begitulah urutan yang biasa saya lakukan. Dengan cahaya lampu senterm saya berjalan memeriksa jendela koridor, kelas-kelas, dan lain-lainnya. Karena terbuar adari kayu, bunyi derit kayu terdengar dengan jelas.

Tidak terjadi apa-apa. Saya kembali ke runag jaga, dan menghabiskan waktu dengan memeriksa pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan murid-murid. Pukul 11 lewat, saya melakukan ronda yang kedua. Ketika tiba di bagian tengah tingkat 2, saya memandang ke arah koridor sayap timur.

"Hah?" gumam saya tanpa sadar. Di dekat ujung koridor tampak nyala api. Saya perhatikan lagi, memang benar, ada sesuatu yang terbakar.
"Kebakaran!"
Dengan cepat saya mengambil alat pemadam kebakaran yang ada di dekat situ dan berlari kencang di sepanjang koridor. Akan tetapi, tidak ada apa-apa di tempat itu. Demikian juga di ujung tangga dan di ujung kelas. Sama sekali tak ada tanda-tanda ada yang terbakar.

Saya bermaksud mengembalikan alat pemadam kebakaran itu. Sampai di bagian tengah, tanpa sengaja saya melihat ke koridor sayap barat. Di ujung koridor ada nyala api kecil seperti api rokok. Dengan membawa alat pemadam kebarakan saya berlari mendekatinya, namun ternyata tak ada apa-apa di sana. Yang ada hanya kesunyian belaka. Tubuh saya gemetar. Jantung berdetak kencang. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang sumsum. Setelah mengembalikan alat pemadam kebakaran ke tempat semula, saya lalu menyelesaikan ronda.

Lampu milik penjaga yang terletak di depan ruang jaga telah padam. Agaknya penjaga sekolah bermaksud tidur sambil menunggu saya. Dan saya tidak ingin membangunkannya untuk menceritakan apa yang baru saja saya lihat. Saya kembali ke ruang jaga dan kemudian melamun dengan lampu tetap menyala. Saya tersadar saat jam weker berbunyi pada waktu 2.30 tengah malam, waktunya untuk ronda yang ketiga.

Dengan menghimpun segenap keberanian, saya lakukan ronda seperti urutan biasanya. Tak terjadi apa-apa. Dengan perasaan lega, saya menyusuri koridor terakhir dan tiba di depan ruang penjaga. Sekalipun lampunya telah padam, namun masih terdengar bunyi dari dalam. Tanpa sadar, langkah saya jadi terhenti.

"Cap,cap...," begitu kedengarannya.
"Cap,cap"
Suaranya seperti bungi anjing sedang minum, atau bunyi lidah orang yang sedang asyik minum sesuatu. Sambil menahan nafas napas, saya memasang telinga.
"Srup, srup.., glek..., glek..."
Tak salah lagi itu adalah bunyi mulut yang penuh diiringi dengan dengusan napas. Apa yang dimakan penjaga sekolah di tengah malam begini, sampai menimbulkan bunyi seperti itu?
Pelan-pelan, saya memanggilnya,

"Pak, pak!" Bunyi itu berhenti, namun tak ada jawaban sama sekali.
Hm, mungkin bapak itu sedang menikmati makanan yang sangat disukainya dan tak ingin ada orang yang mengetahuinya. Sudahlah, biarkan saja. Begitu pikir saya, lalu meninggalkan tempat itu. Tetapi, bunyi itu mulai terdengar lagi.

"Cap,cap,cap...." kemudian,
"Srup,srup...glek,glek...."
Saya mulai berpikir yang tidak-tidak. Jangan-jangan, ada makhluk aneh yang sedang memangsanya. Saya bergegas kembali ke ruang jaga dengan pertanyaan, bagaimana jika makhluk aneh itu benar-benar ada? Ah, Tidak! itu hanya omong kosong belaka. Begitu pikir saya, tanpa terpejam sedikitpun hingga fajar menjelang. Setelah hari benar-benar terang, baru saya keluar dari ruang jaga. Pintu ruang penjaga terbuka, namun tak tampak siapa-siapa di dalamnya. Saya mengintip untuk memastikan apakah ada bercak-bercak darah di lantai. Ternyata semuanya dalam keadaan biasa.

Saya pergi ke samping toilet untuk mencuci muka saya yang lelah. Tampak bapak penjaga sedang menggosok gigi membelakangi saya. Tanpa mengucapkan selamat pagi, saya langsung bertanya,

"apakah tadi malam Bapak tidur nyenyak, atau...?"
Dia menoleh, berkumur dan menatap lurus ke arah saya. Saya bertanya lagi,
"Apakah Bapak makan sesuatu, kira-kira jam 3 tadi malam?"
"... tidak. Ehm, jadi, Pak Guru juga mendengar bunyi itu..?!"
"maksud bapak... bunyi cap cap, srup srup, glek-glek itu?"
"Ya betul. Tadi malam saya mendengarnya dari balik selimut."
"Sungguh? Waktu saya memanggil-manggil Bapak dari depan ruangan, tapi..."
"Oh, saya tak mendengarnya," katanya sambil menggelengkan kepala.
"Kalau bukan bapak, lalu bunyi apa itu, pak?"
Dengan tenang dia bercerita,
"Seorang penjaga yang bekerja jauh sebelum saya bekerja, mati mendadak di sudut kamar penjaga. Mungkin karena terlalu banyak memakan buah tomat... atau mungkin dia sedang sakit dan meninggal ketika sedang makan tomat. Saat itu bahan makanan sulit ditemukan, karena habis perang. Mungkin tomat adalah sesuatu yang sangat didambakannya, karena itu ekspresi wajahnya berubah jika melihat tomat. Mungkin karena itulah ditengah malam terdengar bunyi orang yang sedang makan tomat dengan asyiknya."
"Sekarang sedang musim tomat, kan?!"

Saya tak begitu memikirkan kematian mendadak penjaga itu, tapi lebih memikirkan tentang bola api, bunyi kecapan yang aneh, dan arwah gentayangan di sekolah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar