♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Kamis, 07 April 2011

Air Kolam Berwarna Darah


Oleh, Masao Kogure
                Cerita ini terjadi pada tahun 1957.
                Di sebuah Sd di Kota T, terdapat seorang guru pria gagah bernama Kenzaburo Miyamoto. Beliau seorang pemarah, bahkan kadang-kadang juga menampar anak-anak yang sudah besar. Karena itu beliau ditakuti oleh anak-anak.

                Pak Miyamoto berkulit agak hitam dan bermata besar. Dengan matanya itu, beliau dapat mendiamkan kelas yang bagaimana pun ributnya. Julukannya adalah “Musashi”.

                Apakah ini berkaitan dengan Musashi Miyamoto yang ahli pedang itu? Tidak!
                Kalian tahu apa itu peperangan “Musashi”? Ini terjadi pada tahun 1942 dan merupakan peperangan yang cukup hebat. Pak Miyamoto menjadi bintara. Pada tahun 1944, kesatuan tentara Amerika bergerak maju ke teluk Leite, Filipina. Untuk melawannya, dibentuklah “operasi pertama” dan kesatuan tentara Jepang pun menuju teluk Leite. “Musashi” adalah skuadron pertama dan merupakan tenaga utama dalam operasi ini.

                Akan tetapi, ketika hampir tiba di teluk itu, mereka mendapar serangan dari tentara Amerika yang menyebabkan mereka terkatung-katung selama 9 jam dan akhirnya tenggelam. Pak Miyamoto yang sedang terapung-apung ditolong oleh kapal pemburu sehingga lolos dari maut.

                Beliau sering menyebut-nyebut “Musashi” di dalam kelas. Karena itulah “Musashi” kemudian menjadi julukannya.
                Sekarang umur beliau sudah lebih dari 35 tahun, tetapi beliau sangat menguasai olahraga, kendo, tenis, senam, dan sangat hebat dalam renang. Pada acara renang sekolah yang diadakan tiap tahun, beliau member petunjuk cara berenang yang baik. “Saya suka celana renang ini. Kalau tak ada ini..,” katanya. Beliau selalu bercelana renang merah.

                Pada suatu malam di musim hujan, kira-kira 2 minggu menjelang diadakannya acara renang, Pak Miyamoto mendapat giliran jaga di sekolah. Malam itu, ada yang menyelinap masuk ke ruang guru dan mulai mencari-cari uang di laci serta barang-barang berharga lainnya. Hal ini acap kali terjadi di tiap daerah disebabkan resesi yang sedang berlangsung pada masa itu.

                Pak Miyamoto yang menyadari masuknya pencuri itu, berniat untuk menangkapnya. Pintu ruang guru terbuka. Pencuri yang menyadari kedatangan Pak Miyamoto, langsung kabur dari jendela. Di sekolah ini ada sebuah kolam renang berukuran 25 meter yang terletak di antara gedung sekolah utara dan selatan. Kola mini tidak berpagar. Pencuri itu terdesak sampaai ke tepi kolam renang, lalu terjadilah pergulatan.

                Berdasarkan hasil otopsi diketahui bahwa tewasnya Pak Miyamoto diakibatkan oleh sayatan pisau dari perut sampai ke dadanya. Pagi itu, pinggiran kolam yang dibasahi hujan penuh dengan genangan darah. Darah itu juga menetes ke kolam.
                Sangat disesalkan, “Musashi” yang pulang dengan selamat dari medan perang, melayang nyawanya di tangan seorang pencuri.

                Saat acara renang, air kolam kelihatan merah. Walaupun air yang telah dibuang dan kolam telah dibersihkan serta diganti airnya dengan yang baru, namun masih terlihat kemerahan. Anak-anak tak memperdulikan hal itu. Mereka berenang dengan riang. Tetapi saya, saya tak sanggup masuk ke situ. Mungkinkah ini dikarenakan darah pak Miyamoto…?

                Hal itu mustahil, tetapi itu adalah yang ada dalam pikiran saya.
                Kolam itu akan terus digunakan selama musim panas. Sebelum musim panas selesai, pencuri itu tertangkap. Dia mengaku telah membunuh Pak Miyamoto. Sejak saat itu, air kolam kembali menjadi biru dan tidak terlihat kemerahan lagi.
                Sampai sekarang, setiap kali melihat kolam renang, walaupun hanya di televise, saya teringat akan Pak Miyamoto. Warna celana renang merahnya, kembali timbul di mata saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar