♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Kamis, 07 April 2011

Cemara Yang Memanggil-Manggil


Oleh, Shinzaburo Mochizuki

                Di tengah kota A ada taman. Sebelum dijadikan taman, tempat ini adalah tempat yang sepi di mana hanya terdapat sebuah pabrik pemintalan. Pada masa itu, para pekerja umumnya adalah wanita-wanita muda yang berasal dari desa petani. Mereka bekerja sebelum matahari terbit sampai jauh malam tanpa beristirahat. Pekerjaan mereka sangat berat.

                Karena tak tahan, ada yang melarikan diri. Maka pabrik pun membuat pagar tinggi yang dikelilingi parit. Walaupun begitu, masih ada juga yang melarikan diri dengan cara melompati pagar dan berenang di parit.
                Di tepi luar parit itu ada sebatang pohon cemara besar yang dahannya membentang ke samping.

                Suatu kali, ada seorang pelarian pabrik yang menggantung diri di dahan cemara ini. Sejak itu, terus-menerus ada yang gantung diri di situ.
                “Ah, cemara itu yang memanggil.”
                “Ya, dahannya itu, memanggil-manggil.”
                Pada malam hari, tak ada yang berani berjalan di sana sendiri.
                Waktu berlalu, pohon cemara ini ditebang, taman dan lapangan pun dibangun.
                Sejak didirikannya SD di sampingnya, lapangn taman ini sering digunakan sebagai tempat latihan olahraga.
                Daripada berlari di halaman sekolah yang sempit, murid-murid kelas V dan VI dengan leluasa dapat berlatih lari 400 m atau marathon di lapangan ini.
                Akan tetapi, sering ada murid yang terluka ketika sedang berlatih. Umumnya mereka mengalami  memar di kepala, muka, dan dada.
                Murid-murid yang di rawat di ruang P3K sekolah selalu mengatakan bahwa mendadak muncul pohon cemara dan mereka tak dapat mengelak.
                “Eh, di lapangan itu ada pohong cemara, lho!”
                “waktu sedang berlari, tiba-tiba ada di depan mata. Mau mengelak, tak sempat lagi.”
                “Dahannya yang sebesar ini memanggil-manggil. Saat kita menyadari, timbul bunga api di mata dan langsung terjungkir.”
                “Waktu Masako jatuh, terdengar bunyi sesuatu.”

                Karena banyaknya kecelakaan yang terjadi di lapangan itu, para guru pun merasa tidak enak. Mereka mengadakan rapat darurat. Yang menjadi topic pembicaraan adalah pohon cemara yang memanggil-manggil yang dulu tumbuh di tempat berdirinya pabrik pemerintah.
                “Yang paling penting adalah, jangan ada lagi yang terluka.”
                “Mari kita adakan selamatan!”
                Akhirnya diputuskan unutk mengadakan selamatan dan memanggil para pendeta untuk membacakan doa.
                Tak dapat dipercaya, sejak saat itu tak pernah terjadi apa-apa lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar