♥ DuniaRihma ♥

♥ DuniaRihma ♥
♥ DuniaRihma ♥

Minggu, 07 Juli 2013

Who You Are ??

Saat kehangatan mulai meninggalkanku..
datanglah saat dimana angin malam yang dingin menusuk tubuhku..
rasa dingin itu perlahan berubah menjadi sebuah belati kecil yang seakan menguliti hatiku..
dan perasaan itu sama persis saat kamu mengatakan hal itu..
Kamu mengatakan apa yang seharusnya tidak kamu katakan..
Kamu mempertanyakan egomu yang untuk mendengarnya pun aku enggan..
Siapa kamu sebenarnya saat kamu tak dapat menahan apa yang seharusnya kamu tahan??
Siapa kamu sebenarnya saat kamu meminta suatu hal yang tak perlu kamu minta??
Who you are??

Jumat, 04 Januari 2013

Krek, Kre...

Oleh, Isamu Shibuya

Sekolah Dasar itu terletak di atas bukit di pinggir kota. Di belakangnya terdapat sebuah hutan cedar, hasil reboisasi puluhan tahun yang lalu. Pada bulan April, datang seorang guru muda yang baru lulus ke sekolah tersebut. Dia mengajar di kelas III. Sampai pertengahan bulan April dia masih belum hafal nama murid-murid di kelasnya.

Hari itu adalah hari pertamanya giliran jaga. Hujan yang turun sejak pagi, membuat hari benar-benar dingin.
"Dulu, kita harus bermalam di kantor saat mendapat giliran jaga dan melakukan ronda beberapa kali di tengah malam. Tapi sekarang hal itu tak perlu lagi karena sudah ada penjaga khusus,"

Begitu kata guru-guru senior. Sekalipun demikian, mereka tetap harus menunggu sampai penjaga datang pada pukul 8.
"Saya duluan...!"
"Terima kasih!"

Pukul 6 sore, satu persatu guru pulang ke rumah masing-masing. Akhirnya tinggalah guru itu seorang diri. Hari telah gelap waktu dia selesai menyantap mie. Sebelum penjaga datang, dia melakukan ronda sekali lagi. Setelah mencuci aalat makannya di dapur, dia memulai ronda dengan membawa senter.
"Oh, ya pedang kayu."

Dia ingat ada sebuah pedang kayu di sudut loker ruang guru. Dengan membawa pedang kayu itu, dia merasa aman. Dengan pedang kau di tangan kanan dan senter di tangan kiri, dia mengambil napas lalu meninggalkan ruang guru itu.
"Krit,krit,...,"

Bunyi sandalnya terdengar aneh di koridor. Tak dapat dipercaya, sekolah yang pada siang hari sangat ramai, sekarang menjadi sunyi senyap.
Krit... krit...
Krit... krit...

Sedikit demi sedikit cahaya dari ruang guru semakin menjauh. Dingin menusuk sampai ke tulang sumsum. Cahaya lampu senter menerangi langkah kakinya yang gontai. Keringat mulai membasahi tangannya yang menggenggam pedang kayu. Kemudia ia memeriksa satu persatu apakah semua pintu dan jendela sudah terkunci.

Mula-mula ruang guru, kemudian kantin, ruang musik, dan ruang khusus di lantai dua. Sesudah itu ruang kelas I sampai kelas III yang terdapat di lantai III. Cahaya senter menerobos ke koridor dan jendela kaca. Beberapa kali langkahnya terhenti karena merasa sepertinya ada orang sedang berjongkok dan timbul bayangan-bayangan tak terduga.

Di luar, hujan masih belum berhenti. Mungkin tiu sebabnya koridor dan kelas terasa lembab dan bau jamur bercampur bau keringat anak-anak. Ronda terakhir adalah di kelas IV sampai dengan kelas VI.
"Satu lagi...,"

Katanya sambil mengehela napas. Kemudian ia melintasi koridor untuk memeriksa lantai 1 kemudian naik ke lantai 2.
"Krit, krit..."
"Krit, krit..."
terdengar langkah kaki orang. Pak guru jadi tersentak dan memasang telinga.
"Krit, krit..."
"Krit, krit..."
Tak salah lagi, ada orang yang sedang naik tangga.
"..."
Tanpa sadar, dia menelan ludah dan menoleh ke belakang. Diarahkannya senternya ke ujung tangga. Tak ada siapa-siapa. Tetapi, begitu naik ke lantai dua, terdengar langkah kaki mengikuti dari belakang. Tubuhnya menjadi kaku dan tenggorokannya kering. Pak guru mengayunkan pedang kayunya dan sengaja mengeraskan suara langkah kakinya. Sebetulnya ada lima ruang kelas utuk kelas lima, tetapi karena sekarang hanya ada empat kelas maka satu ruangan yang ada di ujung tidak digunakan.

Pak guru memasuki ruang kelas satu persatu, lalu memeriksa jendela dengan hati-hati. begitu sampai di depan kelas yang kosong, pak guru bertanya-tanya
"Apakah ini juga harus kuperiksa?"

Sejenak pak guru merasa bimbang. Seharusnya jendela kelas ini tertutup karena tidak digunakan. Sekalipun demikian, pak guru merasa penasaran, dan...
Kret... kret...

Suara pintu dibuka pak guru. Kemudian pak guru melongok ke dalam kelas. Di bagian  belakang kelas, tampak tumpukan bangku. Bau debu menusuk hidung,
"Ah!"

Tanpa sadar pak guru berteriak lirih. Jendela si bagian depan kelas terbuka.
"Si... siapa ini?" kata pak guru mengomel sambil masuk ke dalam kelas untuk menutup jendela.
Kret... kret... terdengar lagi bunyi derit jendela.
"..."

Jantung pak guru berdetak lebih kencang. Keringat dingin mengucur di punggungnya dan tangannya yang memegang pedang kayu menjadi basah oleh keringat. Saat pak guru mengarahkan lampu senternya ke luar jendela yang gelap, tiba-tiba terdengar bunyi keras dari tumpukan meja kursi si bagian belakang kelas.
"Brak!"
"Si... siapa!?"

Tanpa berpikir lagi pak guru melompat dan mengalihkan arah lampu senternya. Seekor kucing hitam melintas di bawah kaki pak guru. Lutut pak guru jadi bergetar. Dengan menahan napas, pak guru berlari ke arah jendela dan mengunci jendela dengan tangan gemetar.
"Krek, krek,..."

Kembali terdengar bunyi derit pintu. Entah karena tipuan angin, entah karena sebab yang lain, bunyi itu terdengar membesar dan mengecil.
"...!"

Tenggorokan pak guru tersekat.
"Huwaaa...!"

Tiba-tiba kepala pak guru terasa kosong lalu beliau jatuh pingsan di tempat itu. Saat tersadar, pak guru sudah berada di rumah sakit. Seorang guru senior yang datang menjenguknya berkata,
"Jadi, betul dia muncul!?"
"Kalau tak salah, di tempat sekolah ini dibangun, dulunya adalah sebuah kuil. Di dekat hutan cedar ini adalah kuburan.... Bahkan sampai sekarang batu-batu nisannya masih ada. Di pintu masuk kuburan, ada sumur tua dengan kerekan. Orang-orang yang berziarah sering mengambil air untuk membasahi batu nisan. Dan nisan yang ada di sini adalah nisan orang-orang yang tak punya sanak saudara dan sudah berumur ratusan tahun. Entah siapa yang usil, pada malam harim saat turun rintik-rintik, terdengar suara kerekan dari sumur tua itu."

Hihhhhh.....

Sambil tertawa pak guru yang sudah hampir pensiun itu menambahkan,
"Tapi, baru Bapak yang pernah bertemu dengan hantu itu"

Katanya sambil menepuk bahu pak guru, kemudian beliau beranjak ke luar.

Berita Kematian

Oleh, Shinzaburo Mochizuki

Sekarang para guru tidak perlu lagi melakukan jaga malam karena sekolah telah menggaji petugas khusus untuk menanganinya. Sekarang saya akan menceritakan pengalaman mengerikan yang saya alami pada musim semi tahun 1971.

Saya mengajar matematika di SMU 4 dan menjadi wali kelas kelas III B. Tahun ajaran baru sudah dimulai, salju sudah mencair dan bunga aprikot mulai bermekaran. Pada pukul 5 sore saya melakukan ronda. Seperti biasa, saya melakukan ronda dari ruang tata usaha menuju ke kelas-kelas melalui koridor.

Tapat dari tengah koridor, terlihat kelas III B. Tanpa sengaja saya menoleh ke arah kelas tersebut. Aneh sekali, terlihat ada seseorang di dalam kelas, padahal seharusnya 'kan semua murid sudah pulang. Saya perhatikan lagi, tapi memang benar terlihat ada seorang anak duduk di dalam kelas. Duduknya tenang seperti boneka, dan kelihatannya dia sedang menunggu sesuatu.

Saya mendekati jendela kemudia melongok ke dalam,
"Lho, Reiko?!"

Kalau dilihat dari kursi yang didudukinya, dia adalah Reiko Ishii. Mungkin dia sedang beristirahat, tapi sekalipun demikian saya tetap harus menyuruhnya pulang. Saya pergi ke bagian belakang kelas dan mendorong pintu kuat-kuat. Aneh, pintu tetap tidak bergerak sedikit pun padahal pintu ini 'kan tidak dikunci. Karena itu saya kemudian menuju ke pintu depan. Ternyata sama saja, pintu depan juga tidak bisa dibuka. Tak ada jalan lain, karena itu saya lalu mengetuk jendela kaca dan berteriak,
"Hei, Reiko!"

Sama sekali tak ada jawaban dari Reiko. Kelas sunyi sepi. Saya yang biasanya pemberani, merasa agak lemas juga. Tapi saya tidak mempedulikannya. Pintu saya dobrak sekali lagi. Sekarang pintu benar-benar terbuka. Begitu masuk ke dalam kelas, saya menjadi sangat terkejut. Murid yang tadi saya lihat duduk di dalam kelas sudah tidak ada. Tak mungkin dia keluar dari pintu depan. Mungkinkah dia lenyap begitu saja?

Keesokan Paginya, datang berita dari keluarga Reiko, Isinya
"Tadi malam, Reiko ditemukan tewas tenggelam di danau Alcan, Hokkaido."

Waktu kematian Reiko tepat ketika saya sedang melakukan ronda. Jadi Reiko datang untuk berpamitan dengan saya. Saya jadi teringat ketika bulan Maret. Saat itu salju turun sejak siang. Ketika keluar dari gerbang, saya melihat seorang murid perempuan berjalan tanpa memakai payung. Saya mempercepat langkah dan menawarkan bantuan kepadanya.
"Ayo, kita sama-sama"

Ternyata dia adalah Reiko Ishii. Wajahnya kelihatan pucat, tak bersemangat dan sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Itulah yang saya rasakan sebagai seorang guru. Kemudian saya berkata padanya,
"Kalau kamu punya masalah, katakan saja. Seperti matematika, kita akan mendapatkan hasilnya setelah menambah dan mengurangi."

Dia hanya membungkuk dan masuk ke rumah sambil tersenyum kecut. Tak lama kemudian, Reiko menelpon saya. Karena belum sampai ke rumah, telepon diterima oleh istri saya. Saya jadi khawatir karena keesokan harinya, Reiko tidak masuk sekolah. Bahkan katanya Reiko kabur dari rumah. Ah, pasti ada sesuatu yang ingin Reiko bicarakan dengan saya
"Reiko, mengapa kamu pergi begitu cepat?"

Sampai sekarang saya masih memikirkan hal itu.

Kamis, 03 Januari 2013

Sepenggal Kenangan

Oleh, Rihma Nurohmah

Dia pria yang tampan dan sangat baik. Aku sangat menyukainya lebih dari apapun.
Dia selalu memakai parfum yang membuat aku mudah mengingatnya.

Aku ingat ketika itu dia datang ke rumahku pada pukul 00.00 untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun sambil membawa sekotak cake kecil dan seikat bunga mawar. Saat itu rasanya dunia sedang berpihak padaku. Aku tiup lilin dan Ia mengucapkan kata yang sangat simple tetapi akan membuat hati perempuan manapun berdebar "Selamat Ulang tahun sayang, I love you." itulah kata yang Ia ucapkan sambil mencium kening lebarku.

Aku juga ingat ketia dia datang ke rumahku dengan baju basah kuyup hanya untuk menjengukku yang sedang sakit di rumah. Dia datang dengan aroma tubuhnya yang khas dan kekhawatiran yang menurutku agak berlebihan. Namun mungkin itu wajar karena mengingat kondisiku yang cukup parah. Dengan sigap iya memegang tanganku yang sedang terkulai lemah di kamar "Kamu makan dulu ya, Udah gitu makan obat." aku mengelak karena perutku selalu menolak makanan yang telah masuk ke tubuhku, namun sekali lagi Ia memaksa "Gak apa-apa kalo muntah, asalkan kamu udah coba buat makan kan?? aku bikinin soup ayam." Saat itu aku heran kenapa tiba-tiba ia mau memasak masakan yang cukup sulit. Padahal setauku Ia tidak bisa memasak. Ternyata, Ia sudah tau soup kesukaaan dan rela belajar memasak untukku. Haru dan bahagia seketika bergejolak dihatiku. Aku tidak tahu mengapa ada seorang lelaki yang begitu mencintaiku sedemikian dalam. Padahal Aku tak pernah memberi hadiah yang bagus untuknya, tak pernah memberi perhatian yang berlebihan, bahkan aku sering marah padanya karena suatu alasan.

Sabtu hari itu aku ingat ketika aku sudah bersiap-siap mengenakan Gaun Putih cantik yang selalu di idam-idamkan oleh setiap perempuan. Ya. Hari itu aku resmi akan dipinang oleh lelaki yang sangat aku cintai dan dia pun sangat mencintaiku. Jantungku sudah berdebar. Tetapi debar jantung ini rasanya lain. Bukan rasa bahagia yang biasa aku rasakan ketika Ia akan hadir apalagi akan menikahiku hari ini. Ada yang salah dengan hatiku. Aku menatap mukaku di depan cermin. Mataku sangat kosong seolah takkan terjadi apa-apa hari ini. Tanganku aku naikkan ke atas meja rias, tiba-tiba saat aku berdiri tanganku tak sengaja menjatuhkan vas foto yang disana terpampang fotoku dengan calon suamiku. Hatiku bergetar tanda tak tenang. Dalam hatiku bergumam "Ya Allah semoga pernikahanku lancar." Aku segera membereskan pecahan kaca yang retak dari vas itu. Tiba-tiba jariku terkena sabetan kaca dari serpihannya yang retak. Ini pertanda yang aneh. Aku menelan ludah berharap tak terjadi apa-apa hari ini. Tiba-tiba terdengar suara Handphone, aku melihat sebaris nama 'Raka' dan aku langsung mengangkat telefonnya, "Assalammualaikum, ada apa Raka?" terdengar jawaban dengan suara khasnya "Waalaikum Salam. Rani, hari ini aku bahagia banget, karena sebentar lagi kamu bakal jadi milik aku seutuhnya. Tungguin aku ya Sayang, bentar lagi aku sampe.. Inget ya nanti jangan nervous pas akad. I love you" tanpa menunggu jawaban dariku Ia langsung menutupnya. Aku sangat senang Ia telah sedikit menghapus rasa takut dan alamat-alamat buruk yang sempat terjadi di hari bahagiaku. 'Ah mungkin tadi aku cuma gugup aja' gumamku. Tetapi rasa takut ini tidak mau hilang sekalipun Ia telah menelefonku.

Aku yang sedang melamun dikagetkan dengan suara ketukan pintu yang sontak memecah suasana hening. "tok..tok..tok" begitulah kedengarannya "Nak buka pintunya nak.." Itu suara ibuku. aku segera menghampiri arah suara itu datang dan membuka kunci pintu. Ibu dan ayahku di depan pintu dengan muka yang pucat. aku langsung bertanya "Mah, Pah, ada apa? ko mukanya pada pucat gitu??" Lalu ibuku menjawab "Yang tabah ya nak..." Airmatanya tiba-tiba mengalir membasahi pipinya dan melunturkan make-up yang telah menghiasi wajah cantik yang sudah sedikit keriput itu. "Ada apa mah??? ko nangis gitu??" tiba-tiba ibuku memelukku sangat erat, Ayahku tampak Iba melihat aku dan Ibuku, dengan suara bergetar Ibuku menjawab "Raka nak... Raka kecelakaan saat ia berangkat ke sini" .
Aku tertawa mendengar ucapakan Ibu, aku melepaskan pelukannya sambil berkata "Apa sih ibu, Raka gak mungkin kecelakaan. Orang tadi raka Nelfon aku dan minta Tunggu.. mamah jangan ngomong sembarangan dong" Ibuku terus mengucurkan Airmatanya. Aku rasa Ibu dan Ayahku tak sedang bergurau. Tubuhku tiba-tiba bergetar, Jiwaku tak dapat menerimanya. Dengan lemas aku meraih handphone ku dan segera menelefon Raka, Tapi yang terdengar hanyalah suara seorang perempuan yang menandakan bahwa Handphone Raka tidak aktif. Badanku semakin bergetar, wajahku sontak berubah pucat, Air mataku mengalir, tiba-tiba aku jatuh terkulai di hadapan ayah dan Ibu..

 To Be Continued.....

wdyt?

what do you think about someone who has a relationship with you,
but he did not seem to care for you??

it hurts. Never Mind.

Senin, 31 Desember 2012

Jambore Sahabat IM3 2012

HAI! malem ini aku mau share video yang aku bikin tentang kegiatan aku ketika mengikuti
Jambore SAHABAT IM3 JAWA BARAT tahun 2012 Angkatan I
yang dilaksanakan tanggal 21-23 Desember 2012 bertempat di Lembang, Kab. Bandung Barat
Villa Madani Learning center. So, langsung aja ya check it out!


 Ah seneng banget bisa share pengalaman2 seru aku untuk blogger semua :)

Srup, srup... glek, glek...

Oleh, Nobou Sakurai

Ini sudah lama terjadi. Waktu itu saya belum lama menjadi guru SMP. sekalipun suda ada pesuruh di sekolah, tetapi guru-guru tetap dapat giliran jaga malam supaya sekolah tidak kemasukan pencuri. Karena masih bujangan, saya sering dimintai tolong oleh guru-guru yang telah berkeluarga. Saya selalu menerimanya dengan senang hati, karena sebagai gantinya saya menerima imbalan uang. Jadi saya anggap saja ini sebagai kerja sambilan. Lagipula, selama ini tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh.

Sampai terjadi hal berikut.

Gedung sekolah dan ruang pesuruh serta ruang jaga malam dihubungkan oleh sebuah koridor. setelah makan malam di ruang jaga, saya bermaksud melakukan ronda yang pertama pada pukul 7. Sekolah ini adalah bangunan kayu bertingkat huruf L dengan tangga di kedua ujungnya serta di tengah. Dengan dibatasi tangga di tengah, gedung ini terbagi menjadi sayap timur dan sayap barat. Koridor dari ruang jaga berhubungan dengan pintu naik-turun di bawah tangga tengah. Setelah memeriksa kunci pintunya, saya berjalan sampai ke ujung tingkat 1 sayap barat lalu memeriksa kunci pintunya kemudian naik ke tingkat 2. Setelah itu berjalan sampai ke ujung timur, turun melalui tangga, memeriksa pintu tingkat 1, lalu kembali ke bagian tengah. Begitulah urutan yang biasa saya lakukan. Dengan cahaya lampu senterm saya berjalan memeriksa jendela koridor, kelas-kelas, dan lain-lainnya. Karena terbuar adari kayu, bunyi derit kayu terdengar dengan jelas.

Tidak terjadi apa-apa. Saya kembali ke runag jaga, dan menghabiskan waktu dengan memeriksa pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan murid-murid. Pukul 11 lewat, saya melakukan ronda yang kedua. Ketika tiba di bagian tengah tingkat 2, saya memandang ke arah koridor sayap timur.

"Hah?" gumam saya tanpa sadar. Di dekat ujung koridor tampak nyala api. Saya perhatikan lagi, memang benar, ada sesuatu yang terbakar.
"Kebakaran!"
Dengan cepat saya mengambil alat pemadam kebakaran yang ada di dekat situ dan berlari kencang di sepanjang koridor. Akan tetapi, tidak ada apa-apa di tempat itu. Demikian juga di ujung tangga dan di ujung kelas. Sama sekali tak ada tanda-tanda ada yang terbakar.

Saya bermaksud mengembalikan alat pemadam kebakaran itu. Sampai di bagian tengah, tanpa sengaja saya melihat ke koridor sayap barat. Di ujung koridor ada nyala api kecil seperti api rokok. Dengan membawa alat pemadam kebarakan saya berlari mendekatinya, namun ternyata tak ada apa-apa di sana. Yang ada hanya kesunyian belaka. Tubuh saya gemetar. Jantung berdetak kencang. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang sumsum. Setelah mengembalikan alat pemadam kebakaran ke tempat semula, saya lalu menyelesaikan ronda.

Lampu milik penjaga yang terletak di depan ruang jaga telah padam. Agaknya penjaga sekolah bermaksud tidur sambil menunggu saya. Dan saya tidak ingin membangunkannya untuk menceritakan apa yang baru saja saya lihat. Saya kembali ke ruang jaga dan kemudian melamun dengan lampu tetap menyala. Saya tersadar saat jam weker berbunyi pada waktu 2.30 tengah malam, waktunya untuk ronda yang ketiga.

Dengan menghimpun segenap keberanian, saya lakukan ronda seperti urutan biasanya. Tak terjadi apa-apa. Dengan perasaan lega, saya menyusuri koridor terakhir dan tiba di depan ruang penjaga. Sekalipun lampunya telah padam, namun masih terdengar bunyi dari dalam. Tanpa sadar, langkah saya jadi terhenti.

"Cap,cap...," begitu kedengarannya.
"Cap,cap"
Suaranya seperti bungi anjing sedang minum, atau bunyi lidah orang yang sedang asyik minum sesuatu. Sambil menahan nafas napas, saya memasang telinga.
"Srup, srup.., glek..., glek..."
Tak salah lagi itu adalah bunyi mulut yang penuh diiringi dengan dengusan napas. Apa yang dimakan penjaga sekolah di tengah malam begini, sampai menimbulkan bunyi seperti itu?
Pelan-pelan, saya memanggilnya,

"Pak, pak!" Bunyi itu berhenti, namun tak ada jawaban sama sekali.
Hm, mungkin bapak itu sedang menikmati makanan yang sangat disukainya dan tak ingin ada orang yang mengetahuinya. Sudahlah, biarkan saja. Begitu pikir saya, lalu meninggalkan tempat itu. Tetapi, bunyi itu mulai terdengar lagi.

"Cap,cap,cap...." kemudian,
"Srup,srup...glek,glek...."
Saya mulai berpikir yang tidak-tidak. Jangan-jangan, ada makhluk aneh yang sedang memangsanya. Saya bergegas kembali ke ruang jaga dengan pertanyaan, bagaimana jika makhluk aneh itu benar-benar ada? Ah, Tidak! itu hanya omong kosong belaka. Begitu pikir saya, tanpa terpejam sedikitpun hingga fajar menjelang. Setelah hari benar-benar terang, baru saya keluar dari ruang jaga. Pintu ruang penjaga terbuka, namun tak tampak siapa-siapa di dalamnya. Saya mengintip untuk memastikan apakah ada bercak-bercak darah di lantai. Ternyata semuanya dalam keadaan biasa.

Saya pergi ke samping toilet untuk mencuci muka saya yang lelah. Tampak bapak penjaga sedang menggosok gigi membelakangi saya. Tanpa mengucapkan selamat pagi, saya langsung bertanya,

"apakah tadi malam Bapak tidur nyenyak, atau...?"
Dia menoleh, berkumur dan menatap lurus ke arah saya. Saya bertanya lagi,
"Apakah Bapak makan sesuatu, kira-kira jam 3 tadi malam?"
"... tidak. Ehm, jadi, Pak Guru juga mendengar bunyi itu..?!"
"maksud bapak... bunyi cap cap, srup srup, glek-glek itu?"
"Ya betul. Tadi malam saya mendengarnya dari balik selimut."
"Sungguh? Waktu saya memanggil-manggil Bapak dari depan ruangan, tapi..."
"Oh, saya tak mendengarnya," katanya sambil menggelengkan kepala.
"Kalau bukan bapak, lalu bunyi apa itu, pak?"
Dengan tenang dia bercerita,
"Seorang penjaga yang bekerja jauh sebelum saya bekerja, mati mendadak di sudut kamar penjaga. Mungkin karena terlalu banyak memakan buah tomat... atau mungkin dia sedang sakit dan meninggal ketika sedang makan tomat. Saat itu bahan makanan sulit ditemukan, karena habis perang. Mungkin tomat adalah sesuatu yang sangat didambakannya, karena itu ekspresi wajahnya berubah jika melihat tomat. Mungkin karena itulah ditengah malam terdengar bunyi orang yang sedang makan tomat dengan asyiknya."
"Sekarang sedang musim tomat, kan?!"

Saya tak begitu memikirkan kematian mendadak penjaga itu, tapi lebih memikirkan tentang bola api, bunyi kecapan yang aneh, dan arwah gentayangan di sekolah ini.